Justin Hubner akhirnya resmi kembali ke Belanda dan bergabung dengan klub Eredivisie, Fortuna Sittard, setelah menjalani petualangan panjang di Inggris dan Jepang. Transfer ini bukan hanya jadi kabar baik bagi kariernya, tapi juga membawa harapan baru bagi Timnas Indonesia.
Berikut lima fakta panas dari transfer Justin Hubner ke Eredivisie yang bikin publik bola nasional makin penasaran dengan kiprah sang bek muda di Eropa.
1. Teken Kontrak 3+1 Tahun, Fortuna Nggak Main-main
Fortuna Sittard langsung umumkan perekrutan Justin Hubner secara resmi. Klub tersebut memberi kontrak tiga tahun, lengkap dengan opsi perpanjangan satu tahun. Ini bukan kontrak coba-coba — mereka benar-benar percaya bahwa Hubner bisa jadi bagian penting dalam proyek jangka panjang mereka.
Fortuna sendiri bermain di Eredivisie, liga top di Belanda yang terkenal melahirkan banyak pemain muda potensial. Klub ini juga punya rekam jejak memberi menit bermain yang cukup kepada pemain muda, terutama yang datang dengan modal pengalaman internasional seperti Hubner.
Langkah ini menunjukkan bahwa Fortuna ingin Hubner berkembang dan berkontribusi penuh sejak musim pertamanya.
2. Eks Kapten Wolves U-21, Bukan Pemain Biasa
Nama Justin Hubner bukan asing di Inggris. Dia sempat mencuri perhatian saat bermain untuk Wolverhampton Wanderers U-21 dan dipercaya menjadi kapten tim. Status kapten itu jadi bukti bahwa dia punya kepemimpinan dan kualitas teknis yang dihormati di akademi top Premier League.
Di sana, Hubner tampil reguler hampir setiap pekan. Namun, Wolverhampton belum memberinya tempat di skuad utama. Setelah kontraknya habis musim panas ini, dia langsung buka lembaran baru bersama Fortuna Sittard, yang siap kasih kesempatan tampil di tim utama.
3. Sudah Kenal Lingkungan Eredivisie Sejak Remaja
Sebelum gabung Wolves, Hubner sempat menimba ilmu di akademi Willem II, salah satu akademi sepak bola ternama di Belanda. Artinya, dia sudah mengenal atmosfer dan karakter permainan Eredivisie sejak usia muda.
Kembali ke Belanda bukan keputusan emosional semata. Ini adalah langkah strategis buat pemain seperti Hubner yang ingin bermain reguler di liga top Eropa. Dengan bekal pengalaman dari Inggris dan Jepang, Hubner siap menghadapi tekanan dan ekspektasi di kasta tertinggi sepak bola Belanda.
4. Bek Kiri Bertipikal Modern, Punya Pengalaman Lintas Benua
Salah satu nilai lebih Hubner adalah gaya mainnya. Dia bertipikal bek tengah modern, dominan kaki kiri, jago dalam duel satu lawan satu, dan punya visi membangun serangan dari bawah.
Selain itu, Hubner membawa pengalaman bermain di tiga negara berbeda: Belanda, Inggris, dan Jepang. Saat menjalani peminjaman di Cerezo Osaka, ia sempat merasakan kerasnya sepak bola Asia yang lebih menekankan kedisiplinan dan kerja sama tim.
Kombinasi pengalaman lintas benua ini bikin Hubner makin matang. Fortuna pun menyambutnya dengan tangan terbuka karena melihat potensi yang bisa diolah jadi kekuatan besar di lini belakang.
5. Transfer Ini Untungkan Timnas Indonesia
Buat Timnas Indonesia, kepindahan ini jadi kabar gembira. Hubner sudah mengoleksi 15 caps bersama skuad Garuda dan tampil reguler di berbagai ajang, termasuk Piala Asia dan Kualifikasi Piala Dunia.
Dengan tampil di Eredivisie, Hubner akan menghadapi lawan dengan kualitas tinggi setiap pekan, yang bisa mengasah kemampuannya secara signifikan. Pelatih Shin Tae-yong jelas butuh pemain seperti ini — yang bermain di level tinggi dan berkembang secara teknis maupun mental.
“Saya punya pengalaman luar biasa di Inggris, tapi sekarang waktunya tantangan baru. Saya siap berjuang bersama Fortuna,” ucap Hubner dalam pernyataan resmi.
Jika performanya terus meningkat, bukan mustahil Hubner bakal jadi bek utama Indonesia untuk tahun-tahun ke depan.
Bonus Fakta Tambahan: Hubner Jadi Simbol Diaspora Berkualitas
Justin Hubner bukan pemain naturalisasi sembarangan. Ia punya darah Indonesia dari sang ayah, tapi menghabiskan masa kecil dan pendidikan sepak bolanya di Belanda. Lalu, saat ia memilih Timnas Indonesia, itu bukan karena kehabisan opsi — tapi karena ia merasa terhubung secara emosional dan ingin membantu sepak bola Indonesia naik level.
Di tengah banyaknya perdebatan soal pemain diaspora, Hubner justru jadi contoh ideal. Ia tidak hanya datang ke Timnas untuk satu turnamen, tapi langsung tampil konsisten dan siap dipanggil kapan saja. Kedisiplinannya saat TC, ketenangan di lapangan, dan kemampuan membangun permainan dari belakang membuatnya jadi salah satu bek paling menjanjikan milik Indonesia.
Peluang Main Reguler Lebih Terbuka di Eredivisie
Kalau dibandingkan dengan Premier League atau Championship Inggris, Eredivisie jelas lebih ramah untuk pemain muda. Di liga Belanda, klub-klub terbiasa menurunkan pemain usia 20–22 tahun sebagai starter. Fortuna Sittard pun sering memasukkan pemain muda ke line-up utama tanpa banyak pertimbangan status.
Di sisi lain, Fortuna juga bukan klub dengan tekanan besar seperti Ajax, Feyenoord, atau PSV. Justru di sinilah tempat terbaik buat pemain seperti Hubner berkembang — punya ruang berbuat salah, tapi juga mendapat kepercayaan untuk tampil dari pekan ke pekan.
Situasi Persaingan di Fortuna: Bisa Langsung Starter?
Kalau kita lihat skuad belakang Fortuna musim lalu, hanya ada dua bek tengah yang tampil konsisten. Itu artinya, Hubner datang bukan hanya untuk pelengkap — tapi untuk bersaing secara langsung merebut posisi inti.
Bek yang dominan kaki kiri seperti Hubner punya keunggulan sendiri, apalagi jika pelatih ingin bermain dengan sistem tiga bek atau butuh build-up dari belakang. Dengan gaya main seperti itu, Hubner bisa sangat cocok dan bahkan mungkin langsung jadi andalan.
Apa Kata Media Belanda Soal Transfer Ini?
Beberapa media lokal Belanda menyebut Hubner sebagai “pemain muda potensial dari Asia yang kembali untuk menunjukkan kualitasnya di tanah kelahiran.” Ada yang menyoroti pengalamannya di Jepang sebagai nilai plus karena pemain Eropa jarang mengeksplorasi Asia di usia muda.
Sementara itu, fans Fortuna juga menyambut positif. Beberapa komentar netizen di media sosial klub berharap Hubner bisa jadi “tembok baru” dan membawa energi segar ke lini belakang mereka. Reaksi ini tentu jadi motivasi ekstra buat Hubner untuk membuktikan dirinya.
Perbandingan: Mirip Perjalanan Thom Haye atau Sandy Walsh?
Kalau kita bandingkan dengan pemain diaspora lain yang juga membela Indonesia seperti Sandy Walsh atau Thom Haye, Hubner sebenarnya memulai karier internasional jauh lebih awal. Dia sudah bergabung dengan Timnas Indonesia sejak usia 19 tahun dan langsung aktif di beberapa pertandingan penting.
Perbedaan lainnya, Hubner tak sekadar datang dari liga luar, tapi juga punya mental pemain muda Inggris yang terbiasa kompetitif dan berambisi tinggi. Hal inilah yang bisa membuat dia berkembang lebih cepat dibanding pemain diaspora lain seangkatannya.
Masa Depan Masih Panjang, Tapi Arah Sudah Tepat
Dengan usia baru 21 tahun, karier Justin Hubner masih panjang. Tapi keputusan untuk kembali ke Eredivisie pada momen yang tepat menunjukkan bahwa dia tidak gegabah. Dia tahu kapan harus bertahan, dan tahu kapan harus melangkah.
Langkah ke Fortuna ini mungkin bukan langkah paling glamor — tapi bisa jadi langkah paling penting. Di sinilah Hubner punya panggung untuk berkembang, memperbaiki kelemahan, dan bersiap menapaki level yang lebih tinggi di masa depan.
Kalau dia bisa tampil konsisten selama satu musim penuh, klub-klub besar Belanda atau bahkan Bundesliga dan Serie A bisa mulai melirik. Dan ketika itu terjadi, Timnas Indonesia juga ikut menikmati buah dari proses itu.
Bukan Sekadar Transfer, Tapi Awal Petualangan Baru
Transfer Justin Hubner ke Fortuna Sittard bukan cuma soal pindah klub. Ini adalah babak baru dalam kariernya — dari pemain muda yang menimba ilmu di Inggris dan Jepang, kini dia pulang dengan ambisi besar di Belanda.
Dengan kontrak jangka panjang, jam terbang reguler, dan dukungan penuh dari klub, Hubner punya peluang besar buat bersinar di Eredivisie.
Dan yang paling penting, Indonesia punya satu lagi pemain yang siap bersaing di level tertinggi Eropa — modal berharga untuk menghadapi tantangan di panggung internasional.