Timnas Indonesia U-23 kembali menorehkan sejarah! Bermain di depan ribuan pendukung sendiri, skuad asuhan Gerald Vanenburg berhasil menumbangkan Thailand U-23 dalam laga semifinal Piala AFF U-23 2025. Laga yang berjalan dramatis itu berakhir imbang 1-1 di waktu normal dan perpanjangan waktu, sebelum akhirnya Indonesia memastikan kemenangan lewat adu penalti dengan skor 7-6.
Kemenangan ini membawa Garuda Muda ke partai puncak turnamen, di mana mereka akan berhadapan dengan Vietnam U-23 yang sebelumnya juga berhasil melaju ke final. Tak hanya sekadar menang, laga ini juga menjadi bukti mental baja para pemain muda Indonesia yang tampil solid di tengah tekanan.
Babak Pertama: Duel Ketat di Tengah Dukungan Merah Putih
Sejak peluit awal dibunyikan, Timnas Indonesia U-23 langsung tancap gas. Bermain di hadapan publik sendiri memberi suntikan semangat ekstra bagi Marselino Ferdinan dan kolega. Mereka menguasai bola, memainkan tempo, dan memaksa Thailand untuk lebih banyak bertahan di zona sendiri.
Peluang pertama datang dari Dony Tri Pamungkas yang menyambut umpan manis dari Rahmat Arjuna. Sayangnya, tembakannya masih melenceng dari sasaran. Tak tinggal diam, Thailand membalas lewat sundulan Pattarapon Suksakit yang membuat jantung pendukung Indonesia nyaris copot. Bola membentur tiang gawang dan memantul keluar.
Indonesia juga nyaris unggul lewat Jens Raven. Sundulannya menyambut umpan silang mengarah sempurna, namun lagi-lagi tiang gawang menjadi penyelamat Thailand. Menjelang akhir babak pertama, Rahmat Arjuna mendapatkan peluang emas dalam situasi one-on-one melawan kiper Sorawat Phosaman, tapi penyelesaian akhirnya belum maksimal.
Skor 0-0 bertahan hingga turun minum. Namun, intensitas dan emosi pertandingan sudah terasa mendidih sejak awal.
Babak Kedua: Ketegangan Memuncak, Raven Menjawab
Memasuki babak kedua, Thailand tampil lebih agresif. Mereka tidak lagi pasif seperti babak pertama dan mencoba menciptakan tekanan melalui serangan cepat. Pergantian strategi ini membuahkan hasil di menit ke-60.
Dalam situasi serangan balik, Seksan Ratree mengirimkan umpan terobosan brilian ke Yotsakorn Burapha. Striker muda Thailand itu dengan dingin menaklukkan kiper Indonesia dan membawa timnya unggul 1-0. Gol tersebut sempat membungkam stadion, namun bukan untuk waktu yang lama.
Tertinggal satu gol, Garuda Muda langsung merespons. Vanenburg memasukkan pemain-pemain segar dan mendorong intensitas serangan. Rahmat Arjuna, Raven, dan Ferarri menjadi tumpuan untuk membongkar pertahanan Thailand yang mulai disiplin bertahan.
Momentum datang di menit ke-83. Dari sepak pojok yang dieksekusi Rayhan Hannan, Jens Raven menyundul bola dengan sempurna dan menjebol gawang Thailand. Skor menjadi 1-1, dan stadion pun bergemuruh. Gol tersebut menyulut semangat juang pemain Indonesia yang terus menekan hingga akhir pertandingan.
Namun, hingga peluit panjang babak kedua dibunyikan, skor imbang bertahan. Pertandingan pun dilanjutkan ke babak tambahan.
Extra Time: Garuda dan Gajah Perang Saling Gigit
Di babak tambahan waktu pertama, Timnas Indonesia U-23 kembali mengambil kendali permainan. Mereka mendominasi penguasaan bola dan menciptakan beberapa peluang. Salah satunya datang lewat kombinasi Ferarri dan Hokky Caraka, yang nyaris mencetak gol andai tidak digagalkan bek lawan di detik terakhir.
Namun, pada babak tambahan waktu kedua, Thailand bangkit. Mereka bermain lebih berani dan menciptakan sejumlah peluang berbahaya. Kiper Adriansyah tampil luar biasa dengan dua penyelamatan beruntun yang menyelamatkan Indonesia dari kebobolan.
Pertahanan Indonesia diuji habis-habisan, namun para pemain bertahan seperti Robi Darwis dan Kadek Arel menunjukkan konsistensi luar biasa. Hingga 120 menit, tidak ada tambahan gol. Finalis harus ditentukan lewat adu penalti.
Adu Penalti: Saat Mental Jadi Penentu
Babak adu penalti benar-benar menguji nyali. Thailand mengambil giliran pertama, namun eksekusi kapten mereka Pitchitchai hanya membentur mistar. Indonesia sempat unggul, meski penalti Robi Darwis berhasil ditepis oleh Sorawat.
Drama semakin dalam ketika eksekutor kedelapan Thailand, Yotsakorn, yang sebelumnya mencetak gol pembuka, gagal mengeksekusi penalti penting. Momen penentu datang saat Buffon maju sebagai penendang terakhir Indonesia.
Tanpa ragu, Buffon menendang keras ke sudut kanan gawang, mengecoh kiper Thailand. Bola bersarang mulus. Skor akhir 7-6 untuk Indonesia, dan stadion pecah dalam selebrasi luar biasa.
Jens Raven & Buffon: Dua Pahlawan, Dua Cerita
Nama Jens Raven menjadi sorotan utama di laga ini. Tak hanya mencetak gol penyama kedudukan, penyerang muda berdarah Belanda itu juga aktif dalam menciptakan tekanan dan membuka ruang bagi rekan-rekannya.
Namun malam itu juga menjadi milik Buffon—pemain muda Indonesia yang mengemban tanggung jawab berat sebagai penendang terakhir. Dengan percaya diri, dia mengeksekusi penalti dengan gaya senior, dan menjadi pahlawan tak terbantahkan di malam besar.
Reaksi Usai Laga: Garuda Belum Selesai Terbang
Usai pertandingan, pelatih Gerald Vanenburg memuji karakter anak asuhnya. Ia menyebut kemenangan ini bukan sekadar hasil latihan, tapi buah dari mentalitas kuat dan semangat nasionalisme.
“Anak-anak tidak menyerah bahkan saat tertinggal. Mereka menunjukkan bahwa mereka layak membawa bendera merah putih ke final. Tapi perjalanan belum selesai,” ujar Vanenburg dalam konferensi pers.
Lawan di Final: Vietnam Sudah Menunggu
Dengan kemenangan dramatis ini, Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Vietnam di final. Laga tersebut diprediksi akan berlangsung ketat, mengingat Vietnam juga tampil konsisten sepanjang turnamen.
Indonesia punya modal kuat: kepercayaan diri, semangat juang, dan dukungan dari publik. Namun, laga melawan Vietnam akan menjadi ujian sesungguhnya apakah generasi Garuda Muda benar-benar siap jadi juara Asia Tenggara.
Semangat Garuda, Harapan Bangsa
Kemenangan 7-6 atas Thailand tak hanya mengantar Indonesia ke final, tapi juga memompa optimisme masyarakat akan masa depan sepak bola nasional. Dari drama adu penalti hingga heroisme para pemain muda, semua berpadu menjadi satu kisah perjuangan yang menginspirasi.
Garuda belum selesai terbang. Dan kini, tinggal satu langkah lagi untuk menjadi raja di Asia Tenggara.