Sejarah PSG: Dari Klub Muda ke Raksasa Eropa
Awal Berdiri: Ambisi Kota Paris
Paris Saint-Germain resmi berdiri pada 12 Agustus 1970 sebagai hasil merger antara Paris FC dan Stade Saint-Germain. Kala itu, Paris belum memiliki klub besar yang benar-benar mewakili ibu kota di level atas sepak bola Prancis. PSG hadir untuk mengisi kekosongan itu dengan ambisi besar: menjadi klub kebanggaan nasional dan internasional.
Hanya dalam dua musim, PSG berhasil naik ke kasta tertinggi: Ligue 1. Namun perpecahan internal pada 1972 memaksa klub mundur ke divisi bawah. Meski begitu, PSG menunjukkan mental baja. Mereka bangkit dan kembali ke Ligue 1 pada 1974, sekaligus mulai bermarkas di Parc des Princes, stadion ikonik yang masih jadi rumah mereka hingga kini.
Era Pertama Kejayaan: 1980-an
PSG mulai mengoleksi trofi pada awal 80-an. Mereka menjuarai Coupe de France secara beruntun pada 1982 dan 1983, lalu meraih gelar Ligue 1 pertamanya di musim 1985–1986. Dalam periode ini, PSG tampil sebagai penantang serius dalam kompetisi domestik.
Namun, kejayaan Eropa belum terlihat. Mereka hanya jadi kuda hitam di level kontinental, meski menunjukkan konsistensi performa.
1990-an: Era Internasional dan Prestasi Eropa
Masuk tahun 90-an, PSG diperkuat pemain bintang seperti George Weah, Raí, dan David Ginola. Klub ini menjelma jadi magnet media dan sponsor.
Puncaknya adalah saat PSG menjuarai Piala Winners UEFA 1995–1996, satu-satunya gelar Eropa mereka sejauh ini. Di dalam negeri, PSG juga sukses meraih berbagai piala domestik dan tampil sebagai rival berat Olympique Marseille.
Transformasi Radikal: Akuisisi Qatar Sports Investments (QSI)
Tahun 2011, PSG resmi diambil alih oleh Qatar Sports Investments. Inilah titik balik terbesar dalam sejarah klub. PSG berubah dari klub papan atas lokal menjadi klub global superkaya.
Rekrutan besar dimulai: Zlatan Ibrahimović, Thiago Silva, Edinson Cavani, Ángel Di María, hingga Neymar Jr dan Kylian Mbappé. PSG menjadi klub dengan nilai skuad tertinggi di dunia dan mulai dominan mutlak di Ligue 1.
Dominasi Domestik
Sejak 2012, PSG hampir menyapu bersih semua gelar domestik:
-
9+ Gelar Ligue 1
-
6+ Coupe de France
-
8+ Trophée des Champions
Musim demi musim, PSG tak tergoyahkan. Rekor demi rekor terus dipecahkan, termasuk torehan gol terbanyak dalam satu musim liga.
Ambisi Eropa: Jalan yang Tak Mudah
PSG telah berkali-kali menembus perempat final dan semifinal Liga Champions UEFA, bahkan mencapai final tahun 2020. Namun trofi Si Kuping Besar belum berhasil diraih.
Kekalahan dari Bayern Munchen (0-1) di final 2020 menjadi luka tersendiri, tapi juga bukti bahwa PSG kini sejajar dengan elite Eropa seperti Real Madrid dan Manchester City.
Budaya Klub: Lebih dari Sepak Bola
Kolaborasi PSG dengan Jordan Brand membuka pasar baru. PSG bukan cuma klub bola, tapi juga ikon budaya dan fashion anak muda. Merch resmi mereka jadi tren global—bahkan di Indonesia.
Logo klub yang menampilkan Menara Eiffel, kombinasi warna merah-biru, dan stadion Parc des Princes adalah bagian dari identitas kuat klub ini.
Fanbase di Indonesia: PSG Makin Dikenal
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas PSG di Indonesia meningkat tajam. Faktor pemain top seperti Mbappé, Messi, dan gaya modern klub menjadikan PSG digemari oleh generasi muda.
Komunitas PSG Indonesia aktif di media sosial, mengadakan nobar, diskusi, dan bahkan membuat konten khusus PSG.
Masa Depan: Regenerasi dan Visi Baru
Kini PSG mulai meninggalkan ketergantungan pada nama besar. Mereka menaruh harapan pada pemain muda seperti Warren Zaïre-Emery, Bradley Barcola, dan Xavi Simons. Fokus akademi, efisiensi transfer, dan pengelolaan jangka panjang jadi arah baru klub.
Misi mereka jelas: konsisten di domestik, menaklukkan Eropa.
PSG bukan lagi klub kecil Paris. Dalam lima dekade, mereka menjelma menjadi raksasa Eropa yang punya kekuatan finansial, fanbase global, dan ambisi besar. Meski trofi Liga Champions belum digenggam, PSG terus tumbuh sebagai klub dengan fondasi kuat dan arah yang jelas.